[#JuliNgeblog #Day10] By the River Piedra I Sat Down and Wept

 

[quote]

Malu euy, pas awal-awal semangat banget ikutan #JuliNgeblog tapi baru dua hari udah dadahbabay! Gak sempet. Seminggu kemaren ada sodara yang dateng. Harus jadi guide selama itu pula. Pulang udah malem dan sama sekali gak sempet nulis apa-apa. Yasudah dimaafkan toh. Toooooh! *salim*

[/quote]

Dulu waktu saya sama Bapak masih pacaran, masih sebegitu susahnya untuk bersama *alah*, dia pernah ngedongengin saya pake salah satu cerita yang ada di buku Paulo Coelho yang berjudul By the River Piedra I Sat Down and Wept. Saya lupa dimana tepatnya dia menceritakan ini. Pokoknya kalo gak di emperan depan kontrakannya di Kelapa Dua, Depok ya di bangku peron stasiun Pondok Cina, atau di bangku tunggu halte transjakarta Dukuh Atas. Maklum ya bok, buat makan aja dulu susah, boro-boro pacaran nonton bioskop lanjut candle light dinner. Mentok-mentok jajan bakso di kantin BNI Sudirman XD.

Ceritanya membekas banget sampe sekarang. Begini kira-kira:

Seorang anak laki-laki dan perempuan jatuh cinta setengah mati. Mereka memutuskan untuk bertunangan. Dan ketika itulah kedua calon mempelai saling bertukar hadiah. Anak laki-laki itu sangat miskin -miliknya yang paling berharga hanya arloji yang diwarisinya dari kakeknya. Ketika ia membayangkan rambut kekasihnya yang indah, ia memutuskan menjual arloji itu untuk membelikan jepit rambut perak bagi kekasihnya.

Anak perempuan itu juga tidak mempunyai uang untuk membeli hadiah bagi kekasihnya. Ia pergi ke toko milik pedagang paling sukses di kota itu, dan menjual rambutnya. Dengan uang yang didapat, ia membelikan rantai jam emas bagi kekasihnya.

Ketika bertemu di pesta pertunangan, si anak perempuan memberikan rantai jam untuk arloji yang telah dijual kekasihnya, dan si anak laki-laki memberinya jepitan untuk rambut yang tak lagi dimiliki kekasihnya.

(By The River Piedra I Sat Down and Wept – Paulo Coelho)

Aku telah mengorbankan kebahagiaanku sendiri untuk membuatmu bahagia dan kau pun mengorbankan kebahagiaanmu untuk membuatku bahagia. Pada akhirnya kita hanya dua orang yang mencoba untuk saling membahagiakan, tapi tak pernah menemukan kebahagiaan.

It has been 6 years since he shared the story. Sampe sekarang kami juga masih sama-sama ‘mengorbankan’ kebahagiaan masing-masing buat kebahagian bersama. Sampai saat ini sih bahagia. Mudah-mudahan selalu seperti itu ya 😀