You are What You Eat

Kalo disesuaiin sama kalimat di atas, maka saya adalah zampah pake z! Tapi siapa sih yang gak doyan Double Mushroom Swiss nya Burger King? Kenyataanya, tiap kali pulang kampung salah satu agenda wajib kunjung adalah McD, kangen sama Paket Spesial yang isinya nasi, hot and crispy chicken dan telor dadar.

(Note: McD memang ada di Singapura, tetapi menunya berbeda. Di sini, ayam adalah menu tambahan, bukan utama. Kayaknya yang jual ayam gede-gede gitu cuma di McD Indonesia. CMIIW)

I watched documentary movies related to food couple days ago. Tujuannya sebenarnya sederhana, mau tau aja makanan yang kita konsumsi sehari-hari itu asalnya dari mana. Dari petani? Peternak? Yang kayak gimana? How do they plant, how do they raise their cows and chickens? Kita tuh makan apaan sih sebenernya? Konon katanya bisnis bahan makanan itu bukan lagi planting and farming tapi lebih ke engineering, karena makanan-makanan itu bukan lagi ditanam dan diternakkan melainkan dibuat, seperti produk. We don’t eat whole food anymore, we eat a product. Local farmer udah diganti sama pabrik-pabrik besar pembuat bahan makanan.

Boy, the more you know about the food you’ve been eating, the scarier it feels.

I love veggies. I really do. Ini mungkin karena kebiasaan Ibu saya dulu yang selalu ngasih sayuran di menu makan sehari-hari, kebawa deh sampe sekarang. Tumis kangkung, buncis, sup bayam adalah beberapa contoh menu wajib yang muncul setiap minggu di meja makan. Dulu jaman muncul nugget, french fries, saya sempet memohon-mohon sama Ibu untuk dibelikan. Seperti teman-teman yang lain, yang makannya pake nugget, pake kentang goreng mewah. Belum lagi sosis. Tapi Ibu saya gak pernah membelikannya. Dulu sih kayanya bukan karena alasan kesehatan, tapi karena mahal HAHAHA.

Sampe akhirnya saya punya ‘dapur’ sendiri yang harus diisi, saya gak pernah sama sekali nyetok frozen foods. Pernah beli, ya pernah. Tapi gak pernah sampe ngestock gitu lah. Dulu waktu jaman L mulai mpasi, masih rajin tuh bikin nugget sendiri. Lama-lama ya males juga. Makan yang lain aja, gak usah nugget gak papa. Makanan sehari-hari yang saya masak hampir persis sama dengan masakan rumahan Ibu saya. Tumis kangkung dengan tempe goreng, tumis buncis dengan tahu goreng, tumis pare dicampur ebi dengan ikan atau sup ayam. Lagi-lagi bukan dengan alasan kesehatan, melainkan karena sudah kebiasaan. I grew up with those foods. Plus lagi, instead of ngestock frozen foods, Ibu saya selalu ngestock telur. Jadi kalo pas gak masak, biasanya menu makan kami adalah telur ceplok atau dadar dengan bawang merah dan cabe dilengkapi dengan sambel kecap. That is my comfort food. Yummy yum!

Hal-hal kayak gitu berjalan sampai sekarang. D juga penyuka sayuran. Dia paling suka lalapan. Dikasih terong aja udah girang dia. Ngulek sambel dan makan pake nasi panas ngepul.

Kalo diliat dari kacamata sehat, wah kayanya sehat banget ya, gak makan frozen food, gak terlalu banyak process food, dll. Tapi coba tengok lagi. Dari mana sayur-sayuran itu berasal? Ayam yang dipake yang kayak apa? Telurnya? Dagingnya gimana? Cara masaknya gimana? Masih ada gak tuh nutrisinya kalo masaknya direbus lama-lama, ditumis pake minyak agak banyak? Itu tempe, kedelainya dari mana? Deep fried? DUAR!

Belum lagi kami sering makan di luar. Kalo lagi males masak, tinggal ke depan beli nasi lemak atau chicken rice. Kadang kalo lagi begadang kelaperan tengah malem yang dilirik kalo gak endome (SELERAKU! OH MSG!) atau buka app McD lalu pesan untuk delivery. Kalo weekend paling sering makan di Sari Ratu.

Tet. Tot.

1

Setelah nonton Food Inc, saya jadi tahu bagaimana ayam suntik dikembangbiakkan. Ada pemilik peternakan yang udah sampe gak mempan sama segala jenis antibiotik saking tiap hari ngurusin ayam yang disuntik antibiotik. Dan ayam yang disuntik antibiotik dan berbagai hormon sampe gabisa jalan itu kita makan loh. Serem gak?

Dari situ juga saya jadi tau ada perusahan bernama M*n*a*t* yang punya lisensi pada biji jagung yang sudah dimodifikasi. Hal-hal yang dikembangkan sama perusahaan tersebut biasa disebut GMO, Genetically Modified Organism. Padahal jagung itu hampir ada di setiap jenis bahan makanan. Coba liat deh di kemasan kecap, sirup, makanan, keripik dll. Biasanya ada jagung atau turunannya. Jagung juga dijadikan pakan ternak dan ikan. They teach them to eat something unnatural. Emangnya Sapi makan jagung?

Buat apa sih semua itu? Why don’t they plant and farm traditionally? Ya karena kalo dengan cara tradisional, mereka gak bisa memenuhi kebutuhan pasar dengan cepat. Belum lagi biaya produksinya akan jadi lebih mahal (kasih makan rumput ke sapi biayanya lebih mahal daripada kasih makan jagung. That’s the fact according to them), kalo biaya produksi mahal, harga produknya juga akan lebih mahal. That is why organic foods are more expensive!

Gak heran kalo sekitar tahun 2007, di Amerika pernah ada penarikan daging secara besar-besaran karena ternyata dagingnya ada salmonelanya, yang menurut para ahli, bisa mudah berkembang di perut sapi karena si sapi gak makan makanan yang seharusnya, yaitu rumput. Eh baru juga mikir, oh kalo gitu kurangi daging kali ya, lah malah scene berikutnya ngejelasin wabah salmonela di…bayem.

Sampe sayuran juga bok! Agak gak kaget juga sih karena pestisida udah jadi ‘sahabat’ petani.

Trus akik makan apip?

Padahal ya, menurut Hungry for Change, nutrisi manusia itu bisa dipenuhi dengan sayuran dan buah-buahan. Di film Fat, Sick and Nearly Death malah ditunjukin gimana ampuhnya juice fast untuk mereka yang menderita alergi atau penyakit menahun seperti diabetes, jantung dan penyakit kronis lainnya.

Trus ya, Amerika itu kan termasuk negara dengan penderita obesitas tertinggi, tau gak sebabnya karena apa? Salah satunya adalah karena mereka gak mampu beli sayuran. Mereka bisa beli burger lengkap mengeyangkan dengan $1 aja tapi beli brokoli 2 bonggol perlu uang lebih dari $2. Padahal bukan organic loh. Jadi mereka pikir lebih murah beli fastfood daripada masak sendiri. Ini ada loh contohnya, satu keluarga gitu yang tiap hari makan fastfood karena mau beli kentang dan brokoli aja gak mampu. Padahal Bapaknya sakit diabetes. Sedih gak sih? Ini ada di Food Inc.

Seserem apa sih kalo kita makan-makanan ini? Kenapa gula (gula putih yang proccessed ya) dan grains tidak disarankan jika dikonsumsi berlebihan? Resiko penyakit seperti diabetes, obesity sampai jantung akan meningkat. Belum lagi berbagai alergi yang kadang kita gak sadar sebabnya apa. Kalau sehari-hari sih berpengaruh di performa. Jadi lebih sering capek, ngantuk, gak punya tenaga, kulitnya butek dll. Oh iya, ada satu ahli yang bilang gini di Hungry for Change (terjemahan bebas ya): lo mau kulit lo glowing, sehat tapi instead lo makan-makanan dengan nutrisi terbaik buat kulit lo, lo malah justru pake bahan-bahan kimia yang jelas-jelas merusak, gimana sih?’

DOENG! *memandangi botol FTE*

Padahal kita hidup dengan beras sepanjang hidup ya. Kita terbiasa makan tahu goreng pinggir jalan, gulali, permen coklat. Banyak juga yang makan apa aja, menikmati hidup dan tetap sehat bahagia. Trus ini siih sebenernya gimana ya? Apakah gerakan-gerakan makan sehat ini semua hanya konspirasi? *mulaaai* :p

Yaudah lah ya, yang penting konsumsi processed food nya dikurangi, soalnya jelas banget itu banyak mengandung bahan yang menyebabkan kanker. Abis nonton scene yang keluarga gabisa beli brokoli itu langsung merasa bersyukur karena setiap hari masih bisa makan sayuran semaunya. Walaupun bukan organic. Biasanya saya beli organic kalo mau dibuat greensmoothies aja, karena kan gak dimasak. Kalo harus dikonsumsi mentah, setidaknya bersih dari pestisida lah. Tapi jangan sedih. Dari buku The Healthy Juicer’s Bible saya tau bahwa sebenarnya tidak masalah mengonsumsi non organic, untuk juice atau smoothies sekalipun. Yang penting cara penyimpanan dan bersihinnya bener. Jadi masih lumayan lah ya walopun gak organic 100%.

Kalo bisa sih memang belanja di local farmer. Tapi kalo di sini, mau belanja di mana? Hampir semua bahan-bahan makanan adalah produk impor. Yaudah terima nasib aja kan?

Menurut film GMO OMG, negara yang melarang produk-produk GMO masuk di produk-produk makanan mereka adalah Norway! Hal ini dikonfirmasi sama Eryka, temen saya yang tinggal di Oslo. Emang ketat banget masalah makanan kalo di sana. Duh, belum lagi ikan segar melimpah ya di kutub sana. Jadi inget Ai, temen saya, dia tinggal di Tromso, makan salmon pake sambel terasi. HAHAHA. Pindah kesana apa kita, Pak? :p

Jadi gimana ini yah, mau masuk 2015 sih maunya punya resolusi kesehatan yang mumpuni seperti: 10 days juice fast atau whole30 jilid kedua. Tapi walaupun udah tau bahwa hal-hal itu banyak manfaatnya (setidaknya whole30 karena udah pernah nyoba: gak kram perut pas mens, gak butuh tidur siang karena merasa seger sepanjang hari, kulit kinclong gak jerawatan, berat badan turun 7 kilo dalam sebulan, fat percentage turun drastis>> sombong HAHAHAHA), tapi kok tetep aja pagi-pagi yang dipikirin kopi. Siangan dikit yang kepikiran nasi anget pake tumis kangkung dan tahu goreng, kerupuk kalo ada.

Mau berhenti makan ayam suntik tapi kok kadang masih kebayang nasi anget pake ayam KFC dan saus sambal.

Bagaimana ini Doraemon?

Maaf ya, ini post gak ngasih solusi. Emang tujuan utamanya supaya pada ikut nonton film-film itu sih, biar bagi-bagi parnonya :p

p.s:

This post is debatable. I am not an expert in those fields, I’m just gathering pieces of information from what I watched. So if you think you know something about this matter, please share it with me. Thank you!

Bahan tontonan dan bacaan (silahkan di klik ya):

  1. Hungry for Change.
  2. GMO OMG.
  3. Food Inc.
  4. Fat, Sick and Nearly Death.
  5. Whole 30 Program, on why we should eat whole food.
  6. The Healthy Juicer’s Bible.

BTW, HAPPY NEW YEAR 2015.

  1. SazkiaGhazi 31/12/2014 at 4:24 pm

    Aku baru nonton dua film diatas, yang Food Inc sama Fat, Sick, Nearly Death. Abis nonton terus insecure tiga bulan. Abis gitu biasa aja lagi hahahaha..

    Anyway, soal makan sehat. Kebetulan almarhum Bapak itu sakit diabetes, jadi sejak divonis diabetes dan harus makan sehat, meja makan dilipat, nasi putih berubah jadi nasi merah, no garam gula at all di rumah. Kebiasaan ini dimulai dari tahun 1999, jadi pas abis nikah, ceplokin telur buat suami tanpa garam diprotes 😝 Ya tapi bener juga, karena udah kebiasaan, jadi susah diubah. Akhirnya suami biasa aja makan telur tanpa garamnya. Karena udah kebiasaan, jadi kebawa sampe sekarang. Yang susah dihindari adalah jajan ketika ada urusan di luar rumah hahahaha.. hello bakso dan gorengan!

    Itu soal beli sayur di luar negeri yang mahal ternyata memang jd pemicu obesitas ya. Temenku di Bristol kemaren cerita, beli wortel 1 biji £2.30 hahahaaha dadaahhh!

    ini jadi panjang komennya hahahaha.. Semoga resolusi hidup sehatnya bisa dijalani, ya, Jeng! Selamat tahun baruuuu 🎉

    1. misskepik 31/12/2014 at 4:28 pm

      Persis! Pas nonton sih semangat banget ‘ah bisa lah ini, juicing tiap hari, ngurangin goreng-gorengan’ tapi sehari setelahnya ya makan tempe goreng lagi MWAHAHAHA.

      Bapakku juga diabetes nih, dan ada kemungkinan penyakit bawaan. Jadi harus hati-hati dari sekarang kalo gak mau ‘diwarisin’ penyakit ini. Kemaren sempet nyobain greensmoothies sama whole30 itu sih lancar, tapi maintain nya yang susaaah. Otak MSG nih kan, susah banget lepas dari yang gurih-gurih hihi.

      Selamat Tahun Baru juga yaa! Semoga tahun 2015 jadi tahun sehat! Amin!

  2. bukanbocahbiasa 31/12/2014 at 4:54 pm

    Daaan, aku sukses parnoo mbaaa :((( Mengerikan banget ya, industri makanan ntuh, hiks.

    1. misskepik 31/12/2014 at 5:16 pm

      HAHAHAH yess, welcome :p

  3. nengwie 31/12/2014 at 6:42 pm

    Di Jerman mah lumayanlah produk organik banyak dan rada miring harganya, jadi kalau yg suka digado mentah dan bareng2 kulitnya ya selalu beli yg organik, tp teteuuup endomieh mah makanan mewah di rumah kami hihi

    Pulang ke Jerman bawa kurupuk sekoper gede, goreng tiap hari, hhmmm weslah sedapnya sempurna hehe

    1. misskepik 01/01/2015 at 1:38 am

      Betul mbak, endomeee sama kerupuk udah palinh pas tuh ya. Trus pake cabe rawit hahahah *jadi laper*

      1. nengwie 01/01/2015 at 6:49 am

        Wiiiiihh bangun tidur langsung bayangin endomeeh sama cabe rawit, untung sempat beli kemaren hihi

  4. rahneputri 02/01/2015 at 1:46 am

    Aduh, iyae, aku 2x ikut katering sehat (agak mahal) tapi efek ke badan bagus. Mau beli bahan2 organik untuk masak sendiri kadang suka sayang, lah wong aku cuma berdua dan buat makan malam doang. Binguuung huhu.

    Apa ikut katering terus aja ya? namun aku akan dadah dadah pada shopping lipstik dan baju kalo gitu. Hwaaaaaa

    1. misskepik 02/01/2015 at 2:21 am

      Lebih kerasa boros kalo belanja buat berdua thok ya soale jumlah per pack nya biasanya banyak, trus kalo gak kepake jadi busuk.

      Aku biasanya bikin menu mingguan, Ne. Jadi belanjanya seminggu sekali, satu bahan (misal bayem) bisa buat 2 kali masak, misalnya. So far gak kebuang sih.

      Katering suka sayang ya, soalnya kadang mikir bisa bikin sendiri. Tapi kalo di Jakarta yang aku perhatiin, laris karena waktunya yang mahal. Pekerja udah kehabisan waktu buat kerja dan di jalan jadi pilihan katering udah paling aman. Shopping listik sama baju nunggu deeessskooon hahahahah

  5. dindapanda 06/01/2015 at 2:45 am

    Mba ajeng aq belom pernah nonton itu semua tapi udah ikutan parno bacanya heuheuheuheu jadi inget acara Reportase yang membuat aq ga makan martabak selama setahun tapi sekarang sih udah makan lagi dan milih ga nonton itu acara hahhaa…….
    rumahku deket banget sama pasar tradisional klo bahasa disini bilangnya cuma selemparan tali beha hihihhi literally deket banget jd ya memang aq hampir abis subuh k pasar karena kalo mau nyetok sayuran mikirnya besok dateng yg lebih seger hehhehe tapi ya gituh begitu weekend pengennya makan diluar karena bosan drumah trus ya pasti makan d luar ya seadanya yg disana kan yah uhuuhuhh. malah kadang jd kaya pembenaran klo weekend makan nya gausah yg home made hihihhih
    nanti mau nonton ah biar makin parnoan n belajar hidup sehat maacih udah disertain link nyah ;p

    1. misskepik 06/01/2015 at 7:40 am

      Iyaaa sama! Hahaha. Kadang juga karena capek ya masak terus jadinya weekend maunya keluar makan. Mudah2an bisa dirubah sedikit-sedikit deh ini hihihi

  6. dessy 08/01/2015 at 6:11 am

    Jeng Ah! gw baca ini sambil ngunyah bakso noodle di meja kerja langsung pengen lepeh. (tapi diabisini sih, sambelnya enak :p)
    gw kawatir klo nonton film itu hidup gw jadi ga tentram. Jadi mending ga usah nonton aja? *ga solusi*

    1. misskepik 08/01/2015 at 6:25 am

      TONTON DES TONTON!
      Tapi tetep sih besoknya makan di Lucky Plaza HAHAHHA

  7. Setia Sama Sabun Muka | mskpk 20/01/2015 at 2:21 am

    […] dicekokin sama beberapa film dokumenter tentang makanan, saya sih yakin banget sebenernya kalo kesehatan tubuh (termasuk kulit) itu bergantung banget sama […]

Comments are closed.