Singapura 101

Ngobrol-ngobrol soal kehidupan di Singapura sama Mamarantau. Semoga ini bisa berguna untuk yang membaca.

Ajeng Ika Nugraheni – Previously worked as a Personal Assistant for Ministry of Public Works under UNDP’s Agency for the Rehabilitation and Reconstruction of Aceh and Nias. Now enjoying her time being  a ‘Personal Assistant’ for her little family in Singapore and working remotely for two institutions in Indonesia.

Merantau ke Singapura: Tahun 2012 pindah ke Singapore mengikuti suami yang bekerja di sini sebagai Software Engineer di salah satu perusahaan bidang media dan secure communication. Anak saya, Maika Lemoni Amanda (Lemon) sekarang berumur 4 tahun lahir di Jakarta, sudah K1 (setara TK A). Sejak pindah ke Singapore, kami memutuskan untuk tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga. Saya bekerja secara remote untuk dua institusi di Bogor dan Jakarta. Jadi selain mengerjakan tugas-tugas untuk pekerjaan tersebut, saya dan suami bersama-sama mengurus rumah dan anak.

2

Singapore first to do: Tidak ada dokumen yang harus diurus ketika sampai di sini. Visa sudah diurus oleh perusahaan sponsor sebelum kami tiba. Ketika kami sampai, kami hanya diminta untuk melakukan tes kesehatan saja untuk melengkapi persyaratan. Setelah tes kesehatan dinyatakan lolos, kami bisa mengambil kartu identitas di Ministry of Manpower sekaligus melakukan fingerprint scan.

Visa: Jenis visa yang dimiliki oleh suami saya saat ini adalah Employment Pass (EP) alhamdulillah bisa memberikan sponsor tinggal (Dependent Pass, DP) untuk istri dan anak. Pengurusan DP inipun juga diurus oleh perusahaan sponsor. Saat ini status kami masih foreigner. Masih dalam proses pengajuan Permanent Resident (PR) sejak 3 bulan yang lalu, doakan dapet ya 😀

Picture by: Nazura Gulfira

View from Marina Bay Sands

Foreigner: Dengan status kami sebagai foreigner, tidak ada benefit yang menonjol yang kami dapatkan. Biaya rumah sakit, sekolah sampai daftar perpustakaan semuanya bayar. Berbeda dengan PR. Kalau sudah PR, mencari sekolah untuk anak bisa lebih mudah, bisa mencari sesuai dengan yang diinginkan. Jumlah jatah kursinya di bawah citizen soalnya. Kalau foreigner ya terima nasib aja dapet sekolah di mana. Jadi cuma bisa milih sekolah dan berdoa mudah-mudahan masih ada sisa kursi di sekolah tersebut. Kalau jatah sudah habis untuk citizen dan PR (dan foreigner lain) ya pasrah, hehehe. Kesehatan juga begitu. PR mendapat subsidi lebih banyak dari pemerintah daripada foreigner.

Permanent Resident: Kalo PR dan citizen wajib punya account Central Provident Fund (CPF).Uang yang masuk ke rekening ini didapat dari potongan gaji tiap bulan. Baik employer dan employee harus sama-sama berkontribusi untuk CPF ini. Besarannya berbeda-beda. Tergantung di perusahaan lokal atau internasional dia bekerja. Dana CPF ini dibagi 3 peruntukannya: Pertama, Medisave Account, bisa dipakai untuk keperluan rumah sakit (jadi kalo mau vaksin anak dan urusan dengan rumah sakit bisa dipotong dari simpanan ini). Kedua, Special Account, untuk investasi yang bisa dipakai di masa pensiun. Ketiga, Ordinary Account, bisa dipakai untuk membeli properti, asuransi, investasi dan lain sebagainya. Nah, nanti kalau sudah berumur 55 tahun, pemerintah akan membuat Retirement Account yang dananya di combine dari Spesial Account dan Ordinary Account, dan bisa dicairkan dengan jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan sehari-hari. Jadi selain mendapatkan beberapa kemudahan dibanding foreigner, menjadi PR juga jadi punya tabungan yang diatur oleh pemerintah. Walaupun kesannya ‘dipaksa’ tapi sebenarnya bermanfaat juga untuk kita sendiri.

by Nazura Gulfira

Marina Bay Sands

Remote Worker: Sejak pindah ke sini, otomatis saya harus resign dari pekerjaan saya. Bos saya di Kementerian PU tetap meminta saya membantunya dalam beberapa hal, jadi saya diperbolehkan bekerja jarak jauh. Thanks to technology! Jadi bekerja jarak jauh itu sangat memungkinkan. Saya tetap bisa membantu beliau untuk urusan draft surat menyurat, mengecek laporan dan beberapa dokumen agreement project baik dengan sumber dana dalam negeri atau luar negeri. Selain itu, saya juga sempat membantu tim Komunikasi Bornean Orangutan Survival Foundation (BOSF), sebuah NGO yang mendedikasikan kegiatannya untuk konservasi orangutan dan habitatnya. Saya membantu Tim Komunikasi untuk membuat produk-produk komunikasi, salah satunya mengompilasi cerita dan laporan yang didapat dari lapangan menjadi suatu artikel dan dimuat di Web mereka. Sesekali saya juga ikut membantu menyusun laporan dan cerita adopsi untuk diberikan kepada para donatur. Dulu kalau sedang ada kegiatan pelepasliaran orangutan, saya ikut ke hutan. Kalau sekarang, sambil tiduran di kasur atau sambil nungguin masakan mateng, stand by, tunggu giliran untuk bantu apapun yang bisa dilakukan dari jarak jauh hahaha.

Freelancer: Kalau ada Ibu yang ingin bekerja sebagai freelancer di Singapura, mereka harus mendaftarkan diri mereka sebagai ‘badan usaha’. Hal ini harus dilakukan karena berhubungan dengan pembayaran dan pajak. Pendaftarannya mudah dan cepat, bisa cek di https://www.acra.gov.sg. Nah, karena saya bekerja untuk institusi di Indonesia, maka saya tidak perlu melapor di sini. Pendapatan juga dalam Rupiah, jadi tidak eligible untuk membayar pajak di Singapore.

Tips saya untuk mamarantau yang juga bekerja dari rumah:

  • Harus punya jadwal. Saya tetap mendahulukan kepentingan rumah tangga dulu baru jika semuanya sudah selesai dikerjakan, saya akan mengerjakan pekerjaan yang tertunda. Ada kalanya saya harus mendahulukan pekerjaan tetapi sebisa mungkin tidak terlalu mengganggu kebutuhan anak saya, misalnya.
  • Harus ikhlas, hahaha. Kadang beberapa pekerjaan baru bisa dikerjakan ketika malam hari ketika semua pekerjaan rumah sudah selesai dan anak sudah tidur. Kadang capek sekali. Pengennya ikutan tidur. Tapi namanya juga kerja, jadi ya harus tanggung jawab dan…ikhlas 😛
  • Berbagi tugas dengan suami. Rasanya tanpa menjadi Ibu bekerja pun, sudah selayaknya kepentingan rumah tangga dikerjakan secara bersama-sama. Jadi kalo lagi dikejar deadline, tidak perlu sungkan untuk meminta bantuan suami untuk urusan rumah. Saling support lah 😀

Mencari apartemen: Kami tinggal di apartemen milik pemerintah, Housing and Development Board (HDB). Beberapa tahun yang lalu, kemudahan ini tidak bisa dimiliki oleh foreigner. Foreigner hanya bisa menyewa private apartment/condo. Alhamdulillah ketika kami tiba, peraturan ini sudah dihapus.

4Beda antara HDB dan private apartment adalah di harga (tentu saja) dan fasilitas. Di private apartment biasanya ada fasilitas gym, kolam renang dan activity room (bisa di sewa). Kalau di HDB, tidak ada. Tetapi jangan khawatir karena pemerintah Singapore menyediakan playground, alat-alat olahraga di setiap sudut HDB dan activity building (community center) di setiap distrik. Pemerintah juga menempatkan bangunan-bangunan HDB dekat dengan MRT station dan halte bus. Setiap komplek HDB juga dilengkapi dengan supermarket, convenience store, klinik kesehatan dan berderet ruko-ruko. Biasanya, sekolah anak juga ada yang memakai bangunan HDB. Jadi, kalau tidak/belum punya kendaraan pribadi, tinggal di HDB rasanya lebih efisien.

Ada juga condo yang dekat dengan fasilitas publik, tetapi sepertinya tata kotanya memang sengaja memprioritaskan HDB agar lebih mudah diakses.  Tidak ada syarat khusus untuk menyewa property, kecuali membeli. Foreigner hanya boleh membeli private apartment. Sedangkan PR bisa membeli resale HDB (bukan unit baru), dengan syarat sudah menjadi PR minimal selama 3 tahun.

Biasanya calon penyewa bisa mencari property di website seperti www.propertyguru.com.sg/. Semua transaksi antara calon penyewa dan pemilik biasanya dilakukan dengan perantara agent. Untuk menyewa property di Singapore, selain menyiapkan harga sewa, harus disiapkan juga agent fee (biasanya sebesar setengah harga sewa, jika kontrak sewa 1 tahun) dan deposit untuk pemilik property (biasanya seharga 1 bulan sewa untuk kontrak 1 tahun). Selain itu, juga ada biay stamp duty, untuk pengurusan administrasi dengan pemerintah.

Range harga apartemen: Singapore memang terkenal dengan harga property yang muahal :p Untuk harga sewa HDB di tengah kota (kebetulan saya tinggal di central), 2 bedroom berkisar antara $2100 – $2800 per bulan, tergantung lokasi dan furnish/non furnish. Sedangkan condo, 2 bedroom di daerah yang sama, harga sewanya berkisar antara $2900 – $4500 per bulan.

Pembagian district di Singapura

Sekolah Anak: Fasilitas sekolah gratis hanya berlaku untuk citizen saja. PR membayar tetapi jauh lebih murah daripada foreignerKalau di Indonesia masih ada pro kontra belajar calistung, di sini mau gak mau memang sudah harus belajar calistung sejak dini. Tidak heran, banyak sekali anak umur 4 tahun sudah mengikuti les calistung ini, untuk persiapan masuk ke SD. Lalu untuk masalah toleransi. Anak saya sekolah di Kindergarten yang ada di Masjid. Walaupun begitu, mereka juga merayakan hari raya agama lain. Dari Natal, Deepavali sampai Chinese New Year. Dari kecil sudah dipupuk rasa toleransi yang tinggi. Maklum ya, tinggal di negara yang multi agama dan etnis. Pemerintah sangat menjaga diversity ini.

AFP Photo

Pre-school children tour the Garden by the Bay

Vaksinasi: untuk anak, vaksinasi wajib hampir sama dengan di Indonesia kecuali MMR. Vaksin MMR sudah jadi wajib kalo di sini. Waktu pemberian vaksin pun agak sedikit beda. Kalo di Indo, MMR dosis pertama di umur 15-18 bulan, dosis kedua di umur 5 tahun. Kalau di sini, dosis pertama di umur 12 bulan, dosis kedua di umur 15-18 bulan. Biasanya sebelum masuk SD, daftar imunisasi ini akan di cek oleh National Immunisation Registry , kalau ternyata ada yang kurang dan tidak sesuai, akan diminta untuk melengkapi dulu, tapi ya gak gratis juga hihihi. Kecuali citizen ya, mereka punya subsidi khusus dari pemerintah (berupa baby bonus dan atau rekening khusus Medisave milik orangtua).

Transportasi: Sejauh ini kami gak kepikiran untuk punya kendaraan pribadi. Sudah cukup dengan MRT, bus dan taxi yang mudah diakses. Plus juga, transportasi publik ini juga sangat ramah terhadap Ibu (dengan anak-anak) dan kaum disable. Semuanya bisa naik transportasi umum dengan nyaman, aman dan murah. Lagipula harga mobil di sini mahal sekali. Harus bayar ijin juga. Belum pajak dan harga BBM nya juga gak murah. Untuk perbandingannya, satu harga mobil di sini bisa buat beli 3-4 mobil di Indonesia. Untuk naik bus dan MRT, pakenya kartu yang bisa diisi ulang. Biasanya ez-link atau nets. Adult Monthly Pass dihargai $120 untuk unlimited perjalanan selama 30 hari. Ada juga discount fare yang ditujukan untuk penumpang lanjut usia, disable dan pelajar. Lalu ada kartu-kartu khusus yang berafiliasi dengan institusi tertentu, misalnya kartu kredit, yang bisa digunakan untuk kartu perjalanan. Ohya ini beberapa aplikasi yang membantu buat cek jadwal MRT dll: Gothere.sg, GrabTaxi, dan SG NextBus.

Bus

Di MRT dan Bus yang nyaman untuk anak-anak dan keluarga

Anak dengan tinggi di atas 90 cm sudah harus bayar. Tapi untuk anak-anak TK (walaupun tingginya sudah di atas 90 cm) tetap bisa gratis kok, asal mengajukan permintaan dulu ke ticketing office. Nanti dikasih kartu khusus. Sejauh ini sih belum pernah pake yang monthly pass. Soalnya biaya transportasi dalam sebulan baik saya dan suami, gak ada yang sampe $120.

https://muhammadmdrahim.files.wordpress.com

Kendaraan umum di Singapura: aman dan nyaman

Komunitas Indonesia: Kenal dengan mamarunnerSG sejak pindah kesini. Kebetulan Shinta dan Thalia, salah dua dari founder The Urban Mama mengajak untuk bergabung di grup WhatsApp yang isinya Ibu-Ibu Indonesia yang tinggal di Singapore yang lagi keranjingan lari. Kebetulan taun itu saya lagi seneng-senengnya lari, kesenengan dikasih running track bersih aman tersebar di seluruh penjuru negri :p

6

MamarunnerSG

Keluarga MamarunnerSGWalaupun kemampuan olahraga kami berbeda-beda (ada yang udah ikutan marathon, triathlon sampe jago yoga, tapi ada juga yang larinya cuma 5K aja mulu :p) tapi ya cocok-cocok aja tuh. Saling berbagi jadinya. Beberapa dari kami sering janjian lari bareng kalo rumahnya deketan, atau training bareng menjelang race. Semakin kesini hubungan ini jadi lebih dari hubungan ‘ibu-ibu yang sama-sama suka lari’ tapi udah kayak keluarga. Whatsapp group ngebahas dari mulai olahraga sampai urusan sekolah anak. Minimal satu bulan sekali ketemu untuk arisan dan makan-makan. Gak cuma Ibu-Ibu aja yang ngumpul, tapi juga para suami dan anak-anak Sebagai kaum rantau yang jauh dari keluarga support group kayak gini tentu saja ngebantu banget ☺

Tempat favorite untuk jalan-jalan di Singapore:

1. Museum: Singapore punya banyak sekali museum. Beberapa diantaranya: Peranakan Museum, National Museum of Singapore, Singapore Art Museum, Mint Museum of Toys, Science Center dan masih banyak lagi.

Peranakan Museum

( Picture: www.lowsweetling.com)

Mint Museum of Toys

Kebanyakan museum memberikan free entry untuk citizen dan PR. Untuk foreigner biasanya membayar, sesuai dengan golongan usia. Untuk student dan senior, diberikan harga khusus. Museum-museum itu juga memberikan free entry kepada seluruh pengunjung di hari dan jam tertentu. Jadi kalo mau berkunjung, lebih baik cari infonya dulu di website mereka. Siapa tau bisa dapet yang gratis ☺

(Picture by: Nazura Gulfira)

National Museum of Singapore

2. Playground, park atau library. Singapore itu surganya taman. Kebetulan jarak 1 km dari rumah, sudah bisa sampai ke Bishan Park. Bisa sepedaan, lari-larian, main frisbee atau melihat anjing bermain di area dog run. Kadang kami juga jalan-jalan ke Singapore Botanic Garden. Banyak sekali pilihan playground dan tempat bermain outdoor. Tempat-tempat ini tersebar di mana-mana. Bisa dilihat daftarnya di sini https://www.nparks.gov.sg/.

9

Far East Organization Children’s Garden at Garden by the Bay

Konser Singapore Symphonic Orchestra di Singapore Botanic Garden

Singapore juga punya pantai, walaupun buatan hehehe. Tapi lumayan lah kalau cuma pengen main pasir dan basah-basah dikit :p Selain bisa bermain pasir, kita juga bisa menyewa pit untuk barbeque di beberapa pantai (selain pantai-pantai di Sentosa). Sewanya murah, hanya $20 bisa dipakai seharian penuh. Bisa juga mendirikan tenda, tapi tetap harus ijin dulu.

Siloso Beach dan Pasir Ris

3. Perpustakaan. Kami suka ke perpustakaan. Perpustakaan ada di setiap distrik dan within walking distance dari pemukiman. Semuanya swalayan dengan mesin-mesin canggih yang awalnya bikin saya beneran bengong, pas pertama kali masuk ke salah satu public library.

Di salah satu cabang perpustakaan: kita bisa pinjem buku dengan cara seperti ini

Koleksinya lengkap dari buku anak-anak berbagai bahasa sampai koleksi audio dan video. Karena masih foreigner, kami harus membayar sekitar $50 untuk biaya keanggotaan selama satu tahun. Maksimal bisa meminjam 16 buku dalam satu kali pinjam dengan durasi 21 hari. Tidak ada biaya tambahan waktu pinjam buku.

13

Bishan Public Library

Oh ya, ada jadwal untuk aktivitas anak-anak di setiap perpustakaan yang diadakan di hari-hari tertentu. Jadi silahkan cek ke website http://www.nlb.gov.sg/ untuk jadwal di setiap public library.

[Photo: National Library Board]

Children having a fun reading experience at the green library “My Tree House”

National Public Library of Singapore

4. Jalan-jalan. Dengan keluarga: paling jalan ke Orchard Rd. Makan siang, jajan es uncle (es potong yang ada di Orchard) dan jalan-jalan ke mal atau yang paling sering kami lakukan, ngopi di Tiong Bahru Bakery sambil gambar-gambar.

“Es Krim Uncle”

Kongkow

Kongkow dengan temanteman wanita: biasanya ketemu pagi hari waktu anak-anak masih sekolah. Ngopi, sarapan di Tiong Bahru Bakery atau beberapa coffeeshop di Holland Village seperti Baker and Cook atau d’Goods.

Holland Village

Makan dengan keluarga: Paling sering ke Sari Ratu dan Ayam Bakar Ojo Lali (semuanya ada di Lucky Plaza), atau yang sekarang lagi disukai, Encik Tan, menjual makanan lokal Singapore dan halal. Susah soalnya cari makanan lokal Singapore yang halal. Jadi kalo pengen ngerasain Fried Oyster yang halal, bisa dicoba di sini. Atau kalo lagi pengen makan dimsum enak, biasanya ke Tang Tea House Hongkong Café di Bedok. Agak jauh sih dari rumah, tapi demi dimsum halal dan enak, dijabanin juga deh!

Oh ya, untuk persoalan halal dan tidak halal ini, saya merasa Singapore lebih ketatdibanding di Indonesia. Beberapa foodcourt sengaja memisahkan stall halal dan non halal. Kalau pun di satu atap, piring yang digunakan berbeda warna. Biasanya warna hijau (kadang putih) untuk makanan dari stall halal, dan selain warna tersebut untuk stall non halal. Penjualnya juga pro aktif memberitahu kita kalo makanan yang dijualnya gak halal. Misal: chicken rice. Stall nya sih memang cuma jual nasi hainan dan ayam saja, tapi ternyata ayam yang dipakai bukan ayam dari rumah potong berlabel halal. Atau ternyata kaldunya mengandung bahan yang tidak halal. Mereka pasti akan memberitahu kita. Kadang galak :p Sering deh diomelin uncle-uncle dulu pas awal-awal. Kalo sekarang sih, karena males diomelin lagi jadinya yang pasti-pasti aja deh, selalu lihat ada logo halal atau tidak di stall nya. Untuk kami yang muslim, ternyata menjadi minoritas di negara tetangga, gak susah kok. Malah rasanya lebih diperhatikan sama pemerintah ☺ Banyak sumber untuk mengetahui berbagai macam restoran halal di Singapore. Kalau di instagram biasanya saya cek @thehalalfoodblog.

5. BelanjaPakaian: paling sering di H&M, Cotton On atau Uniqlo. Biasanya saya suka belanja banyak di bulan-bulan Singapore Great Sale. Harga baju-baju jadi murah karena diskon gila-gilaan, jadi bisa sekalian belanja untuk stock.

Groceries. Paling sering belanja di Fairprice atau Giant yang paling dekat dengan rumah. Biasanya dua supermarket ini memang ditempatkan di daerah pemukiman. Jadi hampir di setiap komplek HDB pasti ada salah satu (atau bahkan dua-duanya) supermarket ini. Biasanya supermarket ini juga ada di stasiun MRT. Sayur dan buah-buahan hampir semuanya import karena Singapore gak punya lahan luas untuk pertanian. Paling banyak produk datang dari Malaysia dan Indonesia. Jadi kalo mau cari bahan masakan khas Indonesia, tidak begitu sulit. Tapi kalau mau cari bahan-bahan import non asia yang gak biasa, bisa ke Cold Storage. Barangnya lebih bervariasi. Ada juga pasar basah. Gak di semua distrik ada sih. Tapi saya lebih suka belanja di supermarket karena untuk produk daging dan ayam sudah ada label halalnya. Jadi lebih tenang hehehe. Nah, kalau mau jajanan Indonesia seperti krupuk aci, segala macam snack, minyak kayu putih, bumbu instan untuk masak soto atau indomie yang asli Indonesia, biasanya belanja di Indo Stop, di Lucky Plaza lantai 2.

Buat yang ga pernah ke Singapura dan tiba-tiba harus pindah ke sana, ada tips how to deal with Singaporean? Atau hal-hal yang berpotensi menjadi culture shock?  Waktu pertama pindah kesini, bawaanya parno! Hahaha. Kalo mau apa-apa hati-hati banget. Cari petunjuknya dulu, saking takutnya salah dan melanggar aturan. Singapore kan terkenal banget dengan dendauntuk hal-hal seperti buang sampah sembarangan, vandalism, makan/minum di dalam kereta/bus, bawa duren di kereta/bus, merokok sembarangan, ketauan ada jentik nyamuk di rumah dan masih banyak lagi.

Tapi untungnya semua peraturan tersebut sangat jelas. Jadi segala macam sticker peringatan ada di mana-mana. Semua serba teratur. Semua serba antri (bahkan ada yang bilang, Singaporean itu suka banget antri, semakin panjang antrian semakin suka, padahal kadang gak tau apa yang diantriin :p). Tapi walaupun awalnya parno, lama-lama jadi suka dan kadang jadi ikutan concern kalo misal ngeliat turis makan di kereta, menyerobot antrian, atau memaksa pakai lift duluan padahal ada nenek-nenek atau ibu-ibu membawa stroller bayi lagi antri, rasanya pengen negur hihihi.

Sama seperti negara lainnya, Singaporean tersebar di strata sosial yang berbeda-beda. Pandangan dari suatu kelompok tidak bisa dijadikan patokan. Mereka sangat menghormati para foreigner yang datang dari latar belakang yang berbeda-beda, termasuk Indonesia. Tetapi ada juga sentimen khusus untuk Indonesian, contohnya ketika terjadi kabut asap kiriman akibat pembakaran hutan di Sumatera: Hal ini jadi kasus yang berulang setiap tahun. Karena terus menerus terjadi tanpa perbaikan yang berarti, banyak tanggapan negatif terhadap pemerintah Indonesia. Biasanya juga jadi terbawa ke hubungan Singaporean-Indonesian sehari-hari. Gak terlalu ekstrim sih, cuma kasus itu kayaknya yang paling ‘nempel’ bagi Singaporean.

Singapore haze 2013 – kontras saat kejadian dan sebelum

Soal toleransi juga lumayan kental. Suami dan beberapa teman saya cerita, jika ada acara kantor, lalu mereka mau makan-makan, pasti yang ditanyai adalah muslim dulu. Kalo ada muslim di acara itu, catering yang dipesan pasti halal. Mereka juga pasti menyediakan menu vegetarian dan juga menghormati orang India yang tidak makan beef. Saking banyaknya agama dan suku di sini, justru kepedulian satu sama lain sangat terasa.

Singaporean juga sangat menyukai olahraga. Gak heran deh kalo jam 11 malam masih liat orang lari keliling komplek. Banyak juga yang bike to work, suami saya salah satunya. Banyak sekali acara olahraga yang diadakan baik oleh pemerintah atau swasta. Run race mulai dari yang fun run sampai triathlon. Kalau pergi ke reservoir, bisa liat orang latihan mendayung. Pokoknya, mereka sangat aktif sekali. Lingkungan seperti ini yang bikin kami selalu ikut terpacu untuk terus aktif dan menjaga kesehatan.

How to deal with Singaporean? Kalem aja, lakuin segala sesuatu sesuai perintah. Kalo kita gak ngelakuin sesuatu yang salah, mereka gak akan bereaksi berlebihan kok.

Yang paling disukai dari tinggal di Singapura: Semua hal yang serba teratur, jelas dan efisien! Dan juga lingkungan yang sehat, bersih, menyenangkan dan ramah untuk anak-anak. Yang paling gak disuka? Mahal! :p

———-

Ajeng:  https://mskpk.wordpress.com, IG: @misskepik.

Some pictures are provided by Ajeng – and some others directly linked to the images URL.

  1. chiceniza February 6, 2015 at 9:01 am

    Terima kasih sekali lagi yaa Ajeng untuk sharingnya…! Dan karena pertemananmu, bikin mamarantau difollow oleh para mamarantau kece, yang akan segera tayang juga bulan depan *moga-moga*, hihi.

    1. misskepik February 6, 2015 at 9:07 am

      Horeee! Semoga makin banyak yang mau sharing di mamarantau. Jadi makin lengkap, makin berguna 😀

  2. Woro Indriyani February 15, 2015 at 8:07 am

    Lengkaaaaaaap bingits mba hehe semogaaa bisa nyusul kesana juga hehe aamiin

Comments are closed.